muwahid al fauzan. Diberdayakan oleh Blogger.

GALAU (Meretas Galau)

Jumat, 28 Maret 2014



     Setelah mendapatkan ujian dan cobaan maka di dalam hati manusia akan timbul perasaan sedih dan gundah (galau). Dari keadaan ini  Galau dapat diartikan suatu dimana seseorang dilanda kebingungan, keresahan, ataupun kesedihan yang ada di dalam hatinya dan dirinya. Di dalam hatinya yaitu perasaan dimana ia berkecil hati dan bersedih disebabkan atas apa yang telah dialami atau suatu perkara yang besar yang  ia akan alami. Apa yang dialami hatinya akan terpancar keluar sehingga tampak pada apa yang dapat di rasa ataupun lihat oleh manusia pada dirinya.

       Kesedihan dan kegundahan itu akan keluar dari tempatnya (hati). Hingga muncul terlihat oleh raut muka atau tingkah laku saat perasaan galau itu terjadi.


Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

Tatkala ditimpa suatu musibah, Rasulullah saw. akan menampakkan rasa sedih pada roman wajahnya. Bila hatinya merasa sempit, akan tampak pada raut wajahnya. Beliau bersabda bersabda: Kutukan Allah atas orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai mesjid. Beliau memperingatkan apa yang mereka perbuat tersebut. (Shahih Muslim No.826)

        Rasa sedih dan gundah,  itu suatu hal yang wajar dimiliki oleh setiap insan manusia, namun hal tersebut jika tidak dikendalikan akan menyebabkan kerusakan terhadap dirinya, atau pengingkaran terhadap takdir yang telah Allah tetapkan kepada manusia seluruhnya. Mereka ada yang mengatakan “ alangkah baiknya jika hal ini dan itu tidak terjadi”. Kalimat tersebut merupakan kalimat jelek terhadap ketentuan Allah . Adapun mereka yang dapat mengendalikan rasa galaunya,  maka akan mengatakan “ aduhai baiknya jikalau masalah ini saya hadapi hingga Allah menurunkan jalan keluar terhadap masalah ini”.

         Berikut adalah sebuah hadits dimana manusia dilarang mencela apa yang telah ditentukan oleh Allah Subhanallahu ta’ala


  
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:


Saad bin Ubadah mengalami sakit keras, lalu Rasulullah saw. menjenguknya bersama Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abu Waqqash dan Abdullah bin Masud. Ketika beliau tiba, beliau mendapatinya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Rasulullah saw. bertanya: Apakah ia telah meninggal dunia? Orang-orang yang hadir di sana menjawab: Belum, ya Rasulullah. Kemudian Rasulullah saw. menangis. Ketika para sahabat melihat tangis Rasulullah saw., mereka ikut menangis. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Tidakkah kalian mendengar bahwa sesungguhnya Allah tidak menyiksa karena air mata dan atau karena kesedihan hati. Tetapi Dia menyiksa atau mengasihi sebab ini. Beliau menunjuk ke lidah beliau (maksudnya karena ratapan yang diucapkan lidah karena menolak qada dan takdir Allah atas si mayit). (Shahih Muslim No.1532)


    Contoh yang paling baik adalah Rasullullah dalam menghadapi rasa sedih dan gundah dalam dadanya. Rasullullah tidak mengingkari akan kesedihan di dalam diri Beliau ataupun di dalam diri manusia , namun Beliau dapat mengendalikanya dan tidak berkata kata yang jelek ataupun mengeluh terhadap takdir yang telah Allah tetapkan kepada Beliau. Berikut mengambarkan bagaimana mulianya sifat beliau ketika dihadapi dengan suatu musibah dari Allah.


Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:


Rasulullah saw. bersabda:  Tadi malam aku dikaruniai seorang anak yang aku beri nama dengan nama bapakku, yaitu Ibrahim. Beliau lalu menyerahkan kepada Ummu Saif, istri seorang tukang pandai besi yang biasa dipanggil Abu Saif. Suatu hari beliau berangkat menemuinya dan aku mengikutinya sampai bertemu Abu Saif yang sedang meniup alat peniup api, sehingga rumahnya penuh dengan asap. Aku mempercepat jalan di hadapan Rasulullah dan aku berkata: Wahai Abu Saif, berhentilah karena Rasulullah saw. telah datang! Kemudian dia berhenti lalu Nabi saw. memanggil putranya yang masih kecil lantas memeluknya dan mengatakan sesuatu yang Allah kehendaki. Lebih lanjut Anas berkata: Aku melihat dia memperdaya dirinya menghadapi sakaratul maut di hadapan Rasulullah hingga kedua mata beliau mengalirkan air mata lantas bersabda: Mata mengucurkan air mata dan hati merasa sedih serta aku hanya akan mengatakan perkataan yang diridai Tuhanku. Demi Allah, wahai Ibrahim, sesungguhnya kami sangat sedih (atas kematianmu). (Shahih Muslim No.4279)


      Lihatlah bagaimana Rasullulloh dapat mengendalikan rasa sedih dalam hatinya. Beliau tidak berkata kata jelek terhadap takdir yang Allah tetapkan kepada beliau, tidak pula berteriak teriak, ataupun meratapi hal tersebut, air mata yang keluar dari sela sela mata beliau merupakan tanda kesedihan dan rasa kasih sayang yang telah Allah tanam di hati Beliau.
   
     Sifat dan karakter manusia memiliki hal yang berbeda beda sehingga ia menghadapi perasaan galau ( sedihnya ). Perbedaan Ini berasal  kekuatan hati  serta batas sabar yang ia miliki. Sabar itu tiada batasnya, semakin seseorang itu bersabar maka akan semakin baik untuk kekuatan hati dan fikiranya. Seseorang memiliki keteguhan akan menyerahkan segala urusan yang menimpanya serta berprasangka baik terhadap ketetapan Allah.


     Maka jika ia mengalami kegalauan dan kesedihan, hal itu tidak akan berlangsung lama karena ia telah mengobatinya dengan hal hal yang berlawanan dari kegalauanya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Jadwal Kajian Salafy Kota Bengkulu

Tempat :Mushola Shelter Universiras Bengkulu (UNIB) waktu :Setiap Sabtu Ba'da Magrib s/d Isya Pembahasan : Kitab Aqidah Thawiyah . . . . . . Tempat :Mesjid SMPN 18 Kota Bengkulu waktu :Setiap Senen Ba'da Magrib s/d Isya Pembahasan :Tafsir Alqu'an . . . . . . . Tempat :Masjid Al-Ikhlas dekat SMAN 07 Kota Bengkulu waktu :Setiap Sabtu Ba'da Magrib s/d Isya Pembahasan :Fiqih Muyasar

Blogroll

Most Reading