Dunia
merupakan negeri cobaan bagi setiap manusia. Tidak ada seseorangpun yang hidup
di dunia tanpa diuji. Allah menimpakan
ujian kepada orang orang yang beriman pada khususnuya dan kepada manusia pada
umumnya. Dan beruntunglah mereka yang beriman kepada Allah serta bertakwa
kepadanya. Sungguh dalam ketakwaan itu Allah
memberi petunjuk kepadanya. Sebagaimana firman Allah ;
Surat At Taghaabun ayat ke 11
|
“Tidak ada suatu musibah pun yang
menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
Cobaan dan ujian adalah awal/penyebab
dari kegalauan (kesedihan). Semakin besar ujian yang didapatkan maka akan
semakin besar tingkat kegalauan yang ia akan alami. Namun dengan Keimanan dan ketakwaan seseorang kepada
Robb nya merupakan suatu yang daripadanya ia diberikan petunjuk (jalan
keluar) dari cobaan yang dihadapinya. Dengan cobaan itu maka terlihatlah
kualitas diri dalam keimanan dan ketakwaanya kepada Sang Pencipta
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahumallah berkata,
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menguji hamba-Nya yang beriman tidak
untuk membinasakannya, tetapi untuk menguji sejauh manakah kesabaran dan
penghambaannya. Sebab, sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala wajib diibadahi
dalam kondisi sulit dan dalam hal-hal yang tidak disukai (oleh jiwa),
sebagaimana pula Dia Subhanahu wata’ala wajib diibadahi dalam hal-hal yang
disukai. Kebanyakan orang siap mempersembahkan penghambaannya kepada Allah
Subhanahu wata’ala dalam hal-hal yang disukainya. Karena itu, perhatikanlah
penghambaan kepada-Nya dalam hal-hal yang tak disukai. Sebab, di situlah
letak perbedaan yang membedakan kualitas para hamba. Kedudukan mereka di sisi
Allah Subhanahu wata’ala pun sangat bergantung pada perbedaan kualitas
tersebut.” (al-Wabil ash-Shayyib, hlm. 5)
Tujuan Allah menguji hamba-Nya yang
beriman ialah untuk melihat siapakah yang paling baik amalanya ketika ia
sedang di uji. Apakah ia ikhlas dan bersabar atau malah sebaliknya marah,
mengeluh terhadap ketetapan Allah terhadap dirinya. Sebagaimana Firman Allah;
Surat Al-Mulk Ayat ke 2
“Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan
Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Tiga jenis dari ujian dan cobaan itu berupa :
1. Ujian menjalankan perintah
perintah Allah yang diwajibkan.
2. Ujian dalam menjauhi segala apa
yang dilarang oleh Allah.
3. Musibah yang menimpa seseorang
manusia
Dan senjata yang paling ampuh
adalah kesabaran dalam menjalani 3 ujian tersebut. inshaAllah pembahasan
mengenai sabar dibahas pada bab berikutnya.
Ujian yang menimpa manusia beragam
bentuknya berupa penderitaan terhadap jiwa dan harta ataupun kesenagan dunia
yang Allah anugrahkan kepadanya. Seseorang biasanya mengatakan ia di uji
ketika ia mengalami penderitaan saja namun pada hakekatnya kesenagan yang
Allah berikan merupakan Ujian bagi orang orang yang berfikir.
Kesenagan dunia memelalaikanya
dari beribadah dan rasa syukur kepada
Allah, sehingga Allah tidak menenagkan hatinya karena ia kufur terhadap
nikmat yang Allah berikan, ia memiliki banyak harta namun hatinya merasa tidak puas sehingga ia terus
mencari hingga ia tidak memperhatikan lagi harta yang ia usahakan itu
diridhoi oleh Allah (halal) ataukah yang Allah murkai (haram). Dari kesibukan
itu menjadi lalai (bermaksiat) terhadap kewajiban yang Robb nya perintahkan.
Sebagaimana Firman Allah ;
Surat Al-Anbiya ayat ke 35
“Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Jika seseorang berfikir tentang musibah
yang terjadi kepadanya. Maka ia akan sadar bahwa sebab dari Allah menurunkan
ujian dan musibah adalah karena perbuatanya dosa yang ia dahulu lakukan.
Perbuatan itu berupa bermaksiat kepada Allah (syirik, bid’ah dan dosa dosa
besar lainya), ataupun perbuatanya yang jelek terhadap semua yang diciptakan
Allah ( manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta). Sebagaimana firman
Allah;
Surat Asy Syura ayat ke 30
“Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.”
Sebagai contoh, ketika terjadi tanah
longsor di suatu perbukitan yang telah gundul, jika ditelaah maka itu adalah
hasil dari perbutan manusia terhadap alam yang mengekploitasi secara
berlebihan sehingga dalam keadaan itu Allah menurunkan bencana kepada mereka.
Begitu juga permisalan terhadap musibah musibah lainya.
|
Terputusnya ujian di dunia terhadap manusia adalah saat kematian. Dan
pada saat itulah semua yang ia usahakan sudah berakhir untuk kehidupan akhiratnya.
Dan beruntunglah kepada manusia yang pada saat ia di uji oleh Allah, Allah
memberikanya petunjuk disebabkan ia beriman dan taat kepadaNya, tidak mengeluh
(ikhlas) ,dan bersabar. Dan akibat dari
keimanan, ketakwaan, kesabaran dan keiklasan dalam menghadapi ujian tersebut
Allah akan memasukan ke dalam surga-Nya
Surat Al-Baqarah ayat ke 214
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu?”
Ujian dan
cobaan yang dihadapi seorang muslim merupakan penghapus dosa dosa kecilnya. hal
ini dapat terjadi apabila seseorang dalam menghadapi ujian tersebut ia dapat
berlaku sabar dan ikhlas atas ketetapan Allah.
Apabila tertimpa musibah maka seharusnya janganlah menganggap itu
kesedihan ataupun rasa sakit, karena di balik itu Allah akan menggantikan yang
lebih baik berupa pahala yang menghapuskan dosa dosa. Sebagaimana firman Allah
Subhanallau wa Ta’ala
Surat Hud ayat ke114
”Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.”
Dan sebagaimana sabda Rasullullah
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau
bersabda:
”Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit,
kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai
dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun
alaih)
Hadis riwayat
Abu Hurairah ra., ia berkata:
Ketika turun ayat: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu, kaum muslimin merasa sangat sedih sekali, lalu Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu sekalian terlalu bersedih dan tetaplah berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang menimpa seorang muslim terdapat penghapusan dosa bahkan dalam bencana kecil yang menimpanya atau karena sebuah duri yang menusuknya.” (Shahih Muslim No.4671)
Ada dua keadaan ketika seorang manusia
bersikap dalam menghadapi ujian dan cobaan :
- Ia
mengingat dan mengharapkan pahala dari Allah atas cobaan tersebut sehingga
Allah memberikanya penghapusan dosa dosa dan tambahan kebaikan untuknya (
bersikap sabar dan ikhlas terhadap ujian tersebut).
- Ia lupa
akan janji Allah terhadapnya sehingga sesaklah dan sempitlah dadanya. Ia
lupa akan pahala yang ia akan dapatkan jika ia bersabar dan iklas.
Maka hendaknya jika tertimpa musibah dan ujian ia
memilih keadaan yang pertama karena akan berdampak baik untuknya.
Begitu
juga Allah memerintahkan kepada hambanya apabila ia tertimpa musibah hendaknya
mengucapkan :
إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
(Sesungguhnya
kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNyalah kita semua akan kembali)
Sebagaimana
Allah berfirman ;
Surat
Al Baqarahayat ke 155-157
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan.Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Dan
sebagaimana sabda Rasullullah
Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-
berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan:
“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un.
Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa
(Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya
Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan
yang lebih baik)”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan
menggantinya dengan yang lebih baik.”
Ketika,
Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami
yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”[HR. Muslim no. 918]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar