Pada
artikel sebelumnya, kami telah sajikan beberapa hal yang berkaitan dengan tips
persiapan sebelum mudik. Pada saat ini, kita masuk pada pembahasan beberapa tips
ketika berada dalam perjalanan dan kembali dari safar. Semoga
bermanfaat.
TIPS
KETIKA DALAM PERJALANAN
Membaca
Do’a Ketika Naik Kendaraan
Ketika
menaikkan kaki di atas kendaraan hendaklah seorang musafir membaca, “Bismillah,
bismillah, bismillah”. Ketika
sudah berada di atas kendaraan, hendaknya mengucapkan, “Alhamdulillah”. Lalu
membaca,
سُبْحَانَ
الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى
رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
“Subhanalladzi
sakh-khoro lana hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ilaa robbina
lamun-qolibuun.” (Maha
Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan
kami)[18].
Kemudian
mengucapkan, “Alhamdulillah,
alhamdulillah, alhamdulillah”. Lalu
mengucapkan, “Allahu
akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah
itu membaca,
سُبْحَانَكَ
إِنِّى قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلاَّ أَنْتَ
“Subhaanaka
inni qod zholamtu nafsii, faghfirlii fa-innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa
anta.” (Maha
Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri, maka ampunilah
aku karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau).[19]
Membaca
Do’a dan Dzikir Safar
Jika
sudah berada di atas kendaraan untuk melakukan perjalanan, hendaklah
mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu
membaca,
سُبْحَانَ
الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى
رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا
الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا
سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى
السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ
وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ
وَالأَهْلِ
“Subhanalladzi
sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina
lamun-qolibuun[20]. Allahumma innaa nas’aluka fi safarinaa hadza al birro wat
taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza,
wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil
ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa
suu-il munqolabi fil maali wal ahli.”
(Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami
sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya
kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon
kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini.
Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh.
Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan,
tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan
keluarga)[21]
Dalam
perjalanan, hendaknya seorang musafir membaca dzikir “subhanallah” ketika
melewati jalan menurun dan “Allahu akbar” ketika melewati jalan mendaki. Dalam
Al Kalim Ath Thoyib dikatakan,
كان رسول
الله صلى الله عليه وسلم و أصحابه إذا علوا الثنايا كبروا و إذا هبطوا
سبحوا
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya biasa jika melewati jalan
mendaki, mereka bertakbir (mengucapkan “Allahu Akbar”). Sedangkan apabila
melewati jalan menurun, mereka bertasbih (mengucapkan
“Subhanallah”).”
[22]
Hendaklah
Memperbanyak Do’a Ketika Safar
Hendaklah
seorang musafir memperbanyak do’a ketika dalam perjalanan karena do’a seorang
musafir adalah salah satu do’a yang mustajab.
Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda,
ثَلاَثُ
دَعَوَاتٍ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَالْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ
الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Tiga
do’a yang tidak diragukan lagi terkabulnya yaitu do’a seorang musafir, do’a
orang yang terzholimi, dan do’a orang tua kepada anaknya.”[23]
Membaca
Do’a Ketika Mampir di Suatu Tempat
Hendaklah
seorang musafir ketika mampir di suatu tempat membaca, “A’udzu
bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan
kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk).”
Tujuannya agar terhindar dari berbagai macam bahaya dan gangguan.
Dari
Khowlah binti Hakim As Sulamiyah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ
نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ
مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ
ذَلِكَ
“Barangsiapa
yang singgah di suatu tempat kemudian dia mengucapkan, “A’udzu bi
kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq (Aku berlindung dengan kalimat
Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk)”, maka tidak ada satu pun
yang akan membahayakannya sampai dia pergi dari tempat tersebut.”
[24]
Ketika
Kendaraan Tiba-tiba Mogok atau Rusak
Jika
kendaraan mogok, janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena syaithan akan
semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah (bacaan “bismillah”)
Dari
Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu
tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah
syaithan”. Namun Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam
menyanggah ucapanku tadi,
لاَ
تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى
يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ
فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ
الذُّبَابِ
“Janganlah
engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian,
setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya
mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat
ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin
kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.”[25]
Musafir
Ketika Bertemu Waktu Sahur (Menjelang Shubuh)
Nabi
shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika
bersafar dan bertemu dengan waktu sahur, beliau mengucapkan,
سَمَّعَ
سَامِعٌ بِحَمْدِ اللَّهِ وَحُسْنِ بَلاَئِهِ عَلَيْنَا رَبَّنَا صَاحِبْنَا
وَأَفْضِلْ عَلَيْنَا عَائِذًا بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ
“Samma’a
saami’un bi hamdillahi wa husni balaa-ihi ‘alainaa. Robbanaa shohibnaa wa afdhil
‘alainaa aa’idzan billahi minan naar (Semoga ada yang memperdengarkan pujian
kami kepada Allah atas nikmat dan cobaan-Nya yang baik bagi kami. Wahai Rabb
kami, peliharalah kami dan berilah karunia kepada kami dengan berlindung kepada
Allah dari api neraka).”[26]
Tips
Kembali dari Safar
Pertama,
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga ketika ingin kembali dari safar.
Bahkan tidak disukai jika datang kembali dari bepergian pada malam hari tanpa
memberitahukan pada keluarga terlebih dahulu.
Dari
Jabir, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda,
نَهَى
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَنْ يَطْرُقَ أَهْلَهُ لَيْلاً
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang untuk pulang dari bepergian
lalu menemui keluarganya pada malam hari.”[27]
Dari
Anas bin Malik, beliau mengatakan,
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لاَ يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلاً وَكَانَ
يَأْتِيهِمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّةً
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidak pulang dari bepergian lalu menemui
keluarganya pada malam hari. Beliau biasanya datang dari bepergian pada pagi
atau sore hari.”[28]
Kedua,
berdo’a ketika kembali dari safar.
Do’a
ketika kembali dari safar sama dengan do’a ketika hendak pergi safar yaitu
mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar”, kemudian
membaca,
سُبْحَانَ
الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى
رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا
الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا
سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى
السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ
وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ
وَالأَهْلِ
“Subhanalladzi
sakhkhoro lana hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina
lamunqolibuun[29]. Allahumma innaa nas’aluka fi safarinaa hadza al birro wat
taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza,
wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil
ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa
suu-il munqolabi fil maali wal ahli.”
(Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami
sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya
kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon
kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini.
Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh.
Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan,
tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan
keluarga)
Dan
ditambahkan membaca,
آيِبُونَ
تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
“Aayibuuna
taa-ibuuna ‘aabiduun. Lirobbinaa haamiduun (Kami kembali dengan bertaubat, tetap
beribadah dan selalu memuji Rabb kami).”
[30]
Ketiga,
melakukan shalat dua raka’at di masjid ketika tiba dari safar.
Dari
Ka’ab, beliau mengatakan,
أَنَّ
النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ ضُحًى دَخَلَ
الْمَسْجِدَ ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam jika tiba dari safar pada waktu Dhuha, beliau
memasuki masjid kemudian beliau melaksanakan shalat dua raka’at sebelum beliau
duduk.”
[31]
Dari
Jabir bin ‘Abdillah, beliau mengatakan, “Aku pernah bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam
safar. Tatkala kami tiba di Madinah, beliau mengatakan padaku,
ادْخُلِ
الْمَسْجِدَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ
“Masukilah
masjid dan lakukanlah shalat dua raka’at.”[32]
-bersambung
insya Allah-
***
Penulis:
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel
www.muslim.or.id
Footnote:
[18]
QS. Az Zukhruf: 13-14
[19]
HR. Ahmad, At Tirmidzi, dan Abu Daud, dari ‘Ali bin Abi Thalib. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih
At Tirmidzi no.
2742
[20]
QS. Az Zukhruf: 13-14
[21]
HR. Muslim no. 1342, dari ‘Abdullah bin ‘Umar.
[22]
Lihat Al
Kalim Ath Thoyyib no.
175. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih.
[23]
HR. Ahmad no. 9604. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan
dilihat dari jalur lainnya. Lihat Musnad
Al Imam Ahmad bin Hambal,
Muassasah Qorthobah, Al Qohiroh.
[24]
HR. Muslim no. 2708
[25]
HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat
Al
Kalimu Ath Thoyib no.
238
[26]
HR. Muslim no. 2718
[27]
HR. Bukhari no. 1801
[28]
HR. Muslim no. 1928
[29]
QS. Az Zukhruf: 13-14
[30]
HR. Muslim no. 1342, dari ‘Abdullah bin ‘Umar.
[31]
HR. Bukhari no. 3088.
[32]
HR. Bukhari no. 3087